Alasan Di Balik Strap G-Shock Yang Mudah Putus
Sejak awal diciptakan oleh Kikuo Ibe pada tahun 1983, jam tangan G-Shock sudah dominan menggunakan material plastik, yang disebut oleh Casio sebagai resin. Tujuannya agar jam tangan ini tahan goncangan dan tahan benturan. Memang, dibanding material logam, misalnya, resin lebih kuat dalam menahan dampak benturan.
Ketika itu belum ada satupun merek jam tangan yang mampu menerima siksaan berupa tahan banting ketika dijatuhkan dari ketinggian 10 meter, bahkan dilindas oleh kendaraan seperti truk. Tetapi G-Shock mampu melewati tantangan tersebut.
Tentu, selain lantaran menggunakan material resin, konstruksi jam tangan G-Shock juga yang membuat jam tangan ini kuat. Itu karena Kikuo Ibe sebagai penciptanya, alias Father of G-Shock, menggunakan bantalan karet untuk mengamankan mesin jam atau yang biasa disebut modul.
Walau terbukti memiliki ketangguhan yang luar biasa, jam tangan G-Shock kerap kali dikeluhkan memiliki titik lemah, yaitu tali atau strap resinnya yang mudah putus. Hal ini tentu membuat kecewa dan bingung para penggemar G-Shock mengenai kualitas jam tangan kesayangan mereka. Buktinya, ketika Kikuo Ibe datang ke Indonesia beberapa waktu lalu, hal tersebut sempat ditanyakan.
Jawaban Kikuo Ibe tentang strap yang mudah putus tersebut ternyata sangat filosofis, sekaligus simpel, yaitu karena G-Shock lebih menghargai keselamatan pengguna G-Shock ketimbang jamnya.
“Bayangkan kalau jam tangan Anda tersangkut sesuatu lalu tali jam tidak putus. Maka itu akan membahayakan Anda, bukan?” ungkap Kikuo. “G-Shock lebih mementingkan keselamatan Anda sebagai pemakai G-Shock, dengan mengalahkan jam tangannya, bukan Anda.”
Itu sebabnya, pada sejumlah jam tangan G-Shock anyar dari tipe basic, seperti tipe GA700, buckle strap yang biasanya terbuat dari material logam kini terbuat dari resin pula. Walau demikian buckle ini memiliki double tap sehingga tetap aman dikenakan. (ANP)