Mengenal Eco-Drive dari Citizen
Teknologi ramah lingkungan yang mampu memanen energi listrik dari cahaya seredup apapun.
Sejak awal penemuannya, jam tangan bergantung kepada sumber energi mekanik yang berasal dari per atau mainspring. Akibatnya, sisi akurasi – sebagai hal pokok yang seharusnya dimiliki sebuah jam tangan sebagai instrumen pengukur waktu – kerap kali tidak tercapai. Banyak masalah yang bisa terjadi, dari mulai per yang kehilangan kelenturan bahkan patah, berkurangnya tenaga mekanis seiring dengan mulai “habisnya” daya per, besarnya friksi akibat oli yang mulai mengering, dan sebagainya.
Itu sebabnya ketika movement jam tangan bertenaga baterai diciptakan, baik yang berteknologi garpu tala seperti pada Bulova Accutron, maupun quartz yang banyak digunakan saat ini, harapan besar tertumpu pada movement genre baru ini. Lantaran tidak ada gerakan mekanis sebagai sumber tenaga, dari sisi akurasi jam quartz sangat baik dan bahkan melewati akurasi jam tangan mekanik terbaik sekalipun. Namun, masalah berikutnya muncul, yaitu mengenai sumber energi berupa baterai.
Ketika teknologi jam tangan bertenaga baterai muncul di akhir ‘60an dan awal ‘70an, pemikiran tentang keterbatasan energi pada baterai otomatis mengemuka. Apalagi saat itu teknologi baterai belum secanggih sekarang, bahkan masih menggunakan material yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Hal itu menimbulkan pertanyaan di sejumlah produsen jam tangan yang mengembangkan teknologi quartz, tentang sumber energi apa yang paling ideal untuk sebuah jam tangan.
Kalender menunjukkan tahun 1976, ketika produsen jam asal Jepang, Citizen, membuat gebrakan dengan meluncurkan jam tangan analog pertama bertenaga sinar matahari atau tenaga surya, yaitu Citizen Quartz Crystron Solar Cell. Peluncuran tersebut sekaligus menjadikan Citizen sebagai pelopor pembuatan movement jam tangan yang memanfaatkan sumber energi sinar matahari yang selama ini tersedia dalam jumlah melimpah, namun cenderung disia-siakan.
Yang dilakukan oleh Citizen adalah menangkap cahaya yang masuk ke jam tangan, kemudian cahaya tersebut diubah menjadi energi listrik oleh panel surya. Energi listrik kemudian mengisi daya pada sel tenaga atau kapasitor – alias dalam bahasa awamnya baterai isi ulang – kemudian daya listrik tersebut dialirkan kepada motor yang menggerakkan jarum jam.
Dalam perkembangannya sejak meluncurkan jam analog pertama bertenaga surya, teknologi unik ini oleh Citizen kemudian diberi nama sebagai Eco-Drive. Nama itu sengaja diberikan sebagai pengakuan atas asal usul teknologi yang sangat ramah pada ekologi atau lingkungan. Apalagi pada perkembangannya, sumber cahaya yang dapat dijadikan energi bukan hanya yang berasal dari sinar matahari, melainkan cahaya apa saja, bahkan seredup apapun.
Dengan teknologi Eco-Drive sebuah jam dapat berfungsi selama berbulan-bulan – kendati tidak terekspos cahaya ketika disimpan. Bahkan masa kerja jam tangan dalam sekali pengisian daya penuh bisa mencapai enam bulan. Keuntungan lain dari jam yang memiliki sumber tenaga sendiri seperti Citizen Eco-Drive adalah jam tidak memerlukan penggantian baterai rutin. Sehingga tidak menimbulkan biaya dan kerepotan – terutama bila jam digunakan di daerah terpencil yang tidak tersedia baterai jam. Dengan begitu, Eco-Drive juga mengurangi limbah berbahaya baterai yang dibuang di bumi.
Inovasi demi inovasi berbasis konsep Eco-Drive terus diluncurkan oleh produsen jam yang didirikan pada 1924 oleh Shokosha Watch Research Institute di Jepang. Hasilnya, selama 40 tahun Eco-Drive terus ber-evolusi. Misalnya pada tahun 1995 Citizen meluncurkan jam analog dengan alarm chronograph bertenaga surya pertama di dunia. Setahun kemudian jam bertenaga cahaya dengan teknologi Eco-Drive berhasil memperoleh gelar Eco Mark.
Tak berpuas diri, pada 1998 Citizen memperkenalkan Promaster Eco-Drive Duo, yaitu jam dengan sistem tenaga hibdrid pertama di dunia yang menggabungkan antara tenaga cahaya dan tenaga gerakan – mirip pada jam mekanik automatic, dan setahun sesudahnya meluncurkan Attesa Eco-Drive Radio-Controlled Watch untuk pasar Jepang.
Attesa sejatinya adalah jam yang sangat unik, karena mampu mencocokkan waktu dengan tempat di mana dia berada melalui sinyal radio control. Sehingga pengguna tidak perlu repot-repot melakukan pencocokan waktu. Dengan demikian waktu yang ditunjukkan oleh Attesa selalu akurat. Di masa depan jam-jam Eco-Drive dengan kemampuan serupa dikembangkan terus oleh Citizen, bahkan teknologi radio controlled-nya bisa digunakan di Amerika Serikat dan belahan dunia lain.
Memasuki milenium baru, pada tahun 2000 Citizen membuat gebrakan dengan menciptakan Eco-Drive dengan panel surya transparan. Hal ini merupakan gebrakan revolusioner, karena dengan demikian membuka segala kemungkinan untuk desain dial yang lebih kreatif dan revolusioner. Salah satu hasil yang bisa diraih dari gebrakan itu adalah kalau selama itu jam-jam Eco-Drive cenderung berukuran tebal, pada 2002 diluncurkan Citizen Stiletto, yang saat itu mencatatkan diri sebagai jam Eco-Drive paling tipis di dunia, yaitu hanya 4,4mm.
Rekor itu akhirnya tumbang pada 2016, dengan diluncurkannya Citizen Eco-Drive One, jam tangan analog bertenaga cahaya paling tipis di dunia, dengan ketebalan hanya 2,98mm, di BASELWORLD 2016 di Swiss.
Citizen Eco-Drive One sekaligus sebagai penanda kiprah Citizen yang selama empat dekade tanpa lelah mengembangkan teknologi Eco-Drive. Bagaimana tidak, berbagai inovasi baru diciptakan Citizen untuk mewujudkan Citizen Eco-Drive One, termasuk perjalanan memasuki dunia mikron. Misalnya, 85 komponen dibenamkan pada movement jam tangan dengan ketebalan hanya 1 milimeter, asal kata “One” pada Citizen Eco-Drive One.
A.N.P