Antara Jam Tangan Swiss vs Asia

Jam tangan Swiss kebanyakan mekanikal dan mahal, sedangkan jam tangan Asia quartz dan murah-murah. Secara umum itulah generalisasi yang sering disematkan pada keduanya. Memang ada benarnya, Swiss sudah memproduksi jam tangan lama sebelum teknologi quartz muncul, dan dari Asia terutama Jepanglah jam tangan quartz mulai tersebar di seluruh dunia. Namun, hal sebaliknya pun tak jarang ditemukan. Bagimana hal tersebut bisa terjadi, kita lihat dari sejarah industri jam kedua regio tersebut.

I

Pada awalnya kalau kita melihat sejarah perkembangan horologi terutama di Eropa, justru awalnya Swiss termasuk tertinggal dibandingkan negara-negara lain seperti Inggris. Lalu apa yang memicu perkembangan industri jam Swiss hingga seperti saat ini?

Mari kita kembali ke abad ke-16, saat itu kaum Huguenot dari Prancis melarikan diri dan mencari suaka hingga ke Jenewa, di mana saat itu John Calvin sebagai sosok yang sangat berperan dalam perkembangan Jenewa. Dari para pengungsi inilah Swiss diperkenalkan terhadap pembuatan jam.

John Calvin yang lebih dikenal sebagai salah satu tokoh agama pelopor gerakan Protestantisme ternyata tidak hanya berkecimpung dalam ranah spiritual saja, pengaruhnya sedemikian luas hingga secara tidak langsung ia menjadi pemimpin de facto atas Jenewa. Calvin melarang penduduk Jenewa hidup mewah sehingga memakai perhiasan pun dilarang. Para pandai emas Jenewa tentu terkena dampak dari ajaran Calvin ini, sehingga mau tak mau mereka membanting setir dari perajin emas mereka mencoba untuk beralih memproduksi aksesoris lain, yaitu jam. Mulai dari sinilah geliat Swiss sebagai pusat industri jam muncul.

Abraham-Louis Breguet

Swiss pun akhirnya mulai memimpin dalam teknologi jam sejak munculnya sosok Abraham-Louis Breguet yang kemudian menemukan & mematenkan berbagai macam inovasi seperti pare-chute, Breguet spiral, dan salah satu yang paling terkenal: tourbillon. Mulai pertengahan abad ke-19, industrialisasi produksi jam mulai dilakukan. Pada masa-masa ini industri jam Swiss mendapat tantangan berat dari Amerika Serikat.  Produksi ditingkatkan namun kurang berhasil karena kualitas yang rendah saat itu. Para produsen jam Swiss akhirnya mengambil strategi memproduksi jam tangan harga menengah dengan kualitas tinggi. Strategi ini kemudian berhasil mengembalikan jam Swiss kembali ke puncak.

II

Di sisi dunia lain, Jepang mengadakan modernisasi besar-besaran sejak Kaisar Meiji naik tahta. Salah satu hal yang berubah melalui modernisasi ini termasuk di antaranya adalah sistem penentuan waktu. Perlu diketahui sebelumnya Jepang menggunakan pembagian waktu berdasarkan terbit dan tenggelamnya matahari. Jam mekanik sudah ada saat itu, namun dimodifikasi untuk sistem waktu ala Jepang, termasuk penyesuaian untuk musim panas dan dingin.

Mulai saat Perang Dunia II. Produksi jam tangan ditingkatkan demi memenuhi kebutuhan jam bagi para tentara di medan perang. Setelah perang usai, di tengah kondisi Jepang yang masih berjuang untuk pulih permintaan jam tetap tinggi dan produktivitas terus digenjot. Namun akibat sumber daya pasca perang yang kurang memadai, kualitas jam yang dihasilkan kurang baik saat itu.

Seiko Lord Marvel

Para produsen jam Jepang mulai mengejar ketinggalan terhadap produsen jam Swiss. Sebagai salah satu ujung tombaknya adalah Seiko yang saat itu mulai mencoba berbagai inovasi demi meningkatkan akurasi salah satunya dengan mengeluarkan jam Lord Marvel yang merupakan jam hi-beat pertama Seiko. Meski begitu, hal ini masih belum dirasa cukup dan kemudian dari Jepanglah terbuka pintu bagi satu teknologi yang merubah dunia horologi untuk seterusnya.

III

Awal abad ke-20 merupakan awal kemunculan jam quartz dimulai dari Amerika. Saat itu jam quartz mempunyai akurasi yang lebih dibanding jam-jam lain saat itu, namun memerlukan ukuran yang besar. Seiko mulai menggunakan teknologi quartz serta menerapkannya sebagai sponsor Olimpiade Tokyo tahun 1964. Namun para produsen jam masih mencari cara bagaimana menggunakan teknologi quartz untuk jam tangan. Baik Seiko maupun para produsen Swiss bersaing dalam pengembangan jam tangan quartz. CEH mengembangkan Beta 1 sedangkan Seiko dengan Astron-nya.

Seiko Quartz Astron

Singkat cerita, akhirnya Seiko Quartz-Astron menjadi jam tangan quartz komersial pertama di dunia. Menghadapi perkembangan jam tangan quartz, pihak Swiss masih terkesan ogah-ogahan untuk sepenuhnya mengadopsi quartz. Hal inilah yang akhirnya memicu Quartz Revolution di mana Jepang terutama produsen seperti Seiko dan Citizen menyapu pasar jam tangan secara masif dan mengakibatkan krisis terbesar yang pernah melanda industri jam tangan Swiss.

Dari sinilah kita dapat mengerti mengapa teknologi quartz begitu dominan dalam industri jam Jepang dibanding Swiss. Di tengah gempuran quartz yang begitu dahsyat pun baik Jepang dan Swiss tidak meninggalkan jam mekanikal. Swiss sendiri memang lebih berfokus dengan produksi jam mekanikal sembari tetap memproduksi jam quartz, namun baru sejak lahirnya Swatch yang memproduksi jam quartz Swiss dengan harga yang lebih murah industri jam Swiss bisa kembali bertaji dan diperhitungkan.

Baca juga : 7 Merk Jam Tangan Pria Murah yang Terkenal dengan Desain Classy & Mewah

Selanjutnya tidak hanya dari Jepang, Tiongkok yang sebelumnya juga produsen jam dalam jumlah besar mulai muncul ke permukaan dan lepas setelah sebelumnya ikut didominasi oleh jam-jam Jepang. Dengan harga yang lebih terjangkau para produsen jam Tiongkok tetap mengupayakan memproduksi jam berkualitas tinggi, bahkan ada pula yang dapat digunakan untuk EVA (Extra Vehicular Activities atau aktivitas luar angkasa di luar kendaraan seperti roket/stasiun luar angkasa) seperti Fiyta Spacemaster.

IIII

Satu hal yang biasa kita dapat perhatikan langsung saat membandingkan jam-jam buatan Swiss dengan Asia adalah harganya. Meski tidak selalu demikian, jam tangan buatan Asia biasanya mematok harga yang lebih rendah dibanding jam tangan Swiss. Konon hal ini mulai tampak tahun 90-an saat produsen jam tangan Eropa mulai menyasar segmen harga yang lebih tinggi, sehingga produsen seperti Seiko dan Citizen mulai menjajal segmen yang ditinggalkan tersebut. Tidak hanya itu, salah satu alasan mengapa jam Swiss-made harganya lebih tinggi adalah adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain:

–          60% dari bahan yang digunakan berasal dari Swiss

–          Menggunakan movement asal Swiss

–          Movement tersebut dimasukkan ke dalam case di Swiss

–          Produsen melakukan inspeksi terakhir di Swiss

Syarat-syarat tersebut ditambah lagi dengan biaya tenaga kerja Swiss yang tentu tidak murah menyebabkan jam tangan yang dapat mengusung “Swiss Made” harganya relatif lebih tinggi. Namun apa yang kita dapatkan tentu lebih terjamin karena quality control yang sangat ketat.

Fiyta Spacemaster

Secara desain,  jam tangan Asia terutama Jepang juga secara filosofis berbeda dengan jam tangan Swiss yang lebih dekoratif. Desain jam tangan Asia lebih sederhana dan mudah diproduksi namun kokoh karena berfokus pada penggunaan sehari-hari. Sekali lagi tentu ada pengecualian misalnya pada Credor dan Campanola yang masing-masing merupakan line-up high-end dari Seiko dan Citizen. Masing-masing produsen pun juga mempunyai arah dan segmen tersendiri, itu pula yang membedakan antar produsen yang berasal dari negara yang sama, misalkan Sea-Gull yang desainnya cenderung lebih klasik dibandingkan Fiyta yang mempunyai sejarah sebagai space watch dari Tiongkok.

Apapun pilihan anda, setiap produsen memiliki karakteristik yang unik. Dalam memilih jam tangan yang tepat hal-hal seperti preferensi desain dan kebutuhan perlu menjadi pertimbangan agar pilihan anda dapat memuaskan. Baik jam tangan Swiss, Jepang, maupun Tiongkok menawarkan pilihan yang menarik untuk melengkapi koleksi penunjuk waktu pribadi anda. (DJO/www.jamtangan.com)

Total
0
Shares
Previous Article
Seiko Prospex Automatic Diver 200m SRP655K1 on wrist

Mengagumi Seiko Prospex “Baby Tuna” Special Edition

Next Article

Oris, Brand Avant-Garde dari Swiss

Related Posts
Total
0
Share