Malam sudah larut, aku masih duduk di pinggir tempat tidur. Tiba-tiba Adikku masuk ke kamar dan menghampiriku, “Mas, ini punya Papa…,” kata Adikku lirih sambil menyerahkan sebuah kotak jam tangan. Sejenak aku merenung dan mengingat kembali sambil mengambil jam tangan Seiko dari dalam kotaknya.
Saat jam istirahat kantor untuk makan siang, aku bergegas pergi ke pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari tempatku bekerja dengan berjalan kaki. Sesampainya, aku langsung menuju toko langgananku dan mencari-cari model yang cocok. Akhirnya mata ini tertuju pada sebuah jam tangan merek Seiko. Aku meminta diambilkan untuk mencobanya sambil mengamati tulisan yang tertera pada tag label jam tersebut. SNKE01K1… ahaay ini dia yang disebut dengan nickname “The Poorman GS,” yang punya dapur pacu Seiko automatic caliber 7S26, dengan diameter case 40 mm, fitur day date dan water resistant 50 meter yang aman jika dipakai oleh Ayahku saat berwudhu. Model ini mempunyai sesuatu yang unik, terdapat minutes marker di bezel-nya. Ya, aku sedang membelikan kado ulang tahun untuk Ayahku, dan model Seiko 5 adalah jam tangan yang sering dipakai untuk kesehariannya terutama saat beraktivitas diluar rumah. Segera aku menyelesaikan pembayarannya sekaligus biaya jasa pengiriman ke rumah Ayahku di luar kota tempat tinggalnya.
Selang 2 hari, pagi-pagi saat selesai berpakaian, aku mendapat panggilan telepon dari Ayahku, “waaah keduluan neh, jadi ga enak.” Setelah menanyakan kabar dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ayahku, beliau berkata “Mas, terimakasih hadiahnya, ini keren” ujar Ayahku. Lega dan senang mendengarnya karena pilihanku ternyata memang tidak salah dan membuat kesan bahagia bagi Ayahku dihari ulang tahunnya. Ayahku memang penyuka jam tangan, dan pemberianku ini adalah satu diantara beberapa jam tangan miliknya dari brand Jepang dan Swiss.
Dua tahun berselang, dipagi hari setelah subuh aku menerima panggilan telepon dari Adikku yang mengabarkan jika Ayahku sakit dan akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi. Bergegas aku menuju bandara untuk mengejar pesawat ke Semarang. Sesampainya di kamar rawat inap rumah sakit, kuhampiri Ayahku dan menanyakan tentang kondisi kesehatannya. Sambil saling bicara, aku melihat Ayahku mengenakan jam tangan Seiko hadiah ulang tahun dariku 2 tahun lalu. “Masih dipakai Pa, jam tangannya” komentarku kepada Ayahku, dimana kami sekeluarga memanggilnya dengan sebutan Papa. “Iya, lagi pengen pake dan biar tau waktu kapan harus minum obat” ujar Ayahku lirih. Menurut Dokter yang merawatnya, besok siang Ayahku akan dilakukan tindakan operasi karena sakit yang dideritanya. Kami sekeluarga yang berkumpul menyetujui demi kesembuhan Ayahku. Setelah sore, aku berpamitan kepada ayahku untuk bergegas kembali ke Jakarta karena besok pagi ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan.
Tanpa terasa air mataku menetes jatuh tepat di bracelet jam Seiko yang aku kenakan setelah aku ambil dari kotak yang diberikan oleh adikku. “Ini jam yang dikenakan oleh papa dari awal dirawat, di rumah sakit sampai menjelang waktu operasi” kata Adikku sambil memegang bahuku dan kemudian berlalu dari hadapanku. Ya, Ayahku telah wafat tadi pagi saat masa pemulihan pasca operasi yang kedua dan sore tadi telah dimakamkan di sini, di kampung halamannya. Malam itu aku masih merenung dan mengenang saat-saat indah kebersamaanku bersama Ayahku. Jam tangan Seiko itu masih sesekali aku kenakan sampai hari ini dan aku simpan rapi diantara jam Seiko milikku lainnya.
Aku mengirimkan artikel ini pada tanggal 14 Agustus, bertepatan dengan hari ulang tahun almarhum Ayahku yang ke-80. Sambil kukenakan lagi jam tangan Seiko milik Ayahku yang menjadi jam tangan terakhir yang beliau miliki dan dikenakan sampai menjelang akhir hayatnya. Selamat ulang tahun Papa, semoga selalu berada di surga yang mulia disisi-Nya.
*Tulisan ini didedikasikan untuk Ayahku dan jam tangan Seiko terakhirnya.
Ditulis oleh: Beben Ares – Jakarta