Site icon Blog Jamtangan.com

Menua Bersama Bronzo

Panerai Luminor Submersible "Bronzo" PAM00382 (source: hautetime.com)

Panerai Luminor Submersible "Bronzo" PAM00382 (source: hautetime.com)

Biasanya kita melihat bahwa suatu benda ada dalam kondisi paling indah saat masih baru. Mulus, tanpa cacat cela. Jika melihat barang bekas, semakin mulus tampilannya akan semakin tinggi nilainya. Namun, sebagian orang melihat dari sisi yang berbeda. Hanya karena suatu benda menjadi usang, tidak berarti semakin layak untuk dicampakkan. Sebaliknya, penuaan menambah karakter benda tersebut, menambahkan keunikan yang tidak dimiliki benda-benda lain bahkan dengan model serupa. Dalam konteks jam tangan, kata yang biasa dipakai untuk menggambarkan perubahan tampilan akibat termakan waktu adalah patina.

Oris Diver Sixty-Five Carl Brashear Edition

Istilah patina yang diambil dari bahasa Italia merujuk pada lapisan tipis yang terbentuk pada material-material seperti logam, batu, dan kayu akibat proses yang berasal dari paparan dalam jangka waktu tertentu. Secara umum, patina menggambarkan kondisi di mana permukaan suatu material menjadi pudar atau lebih gelap seiring waktu secara alamiah.

Perunggu merupakan logam yang penting dalam sejarah manusia. Sebelum penggunaan stainless steel merajalela, logam campuran yang terdiri dari dua komponen utama -tembaga dan timah- ini merupakan material utama yang digunakan untuk berbagai peralatan. Dengan besarnya signifikansi perunggu bagi peradaban, tidak heran jika ada satu istilah yang menunjuk pada satu era yang disebut Zaman Perunggu yang terletak di antara Zaman Batu dan Zaman Besi. Perunggu juga banyak digunakan dalam pelayaran seperti untuk membuat baling-baling kapal karena sulit berkarat.

Yang cukup menarik adalah yang justru membuat perunggu tahan terhadap karat adalah sifatnya yang reaktif. Paparan terhadap udara, kelembapan, panas, garam, dan lain-lain menyebabkan perunggu yang reaktif dengan mudah memunculkan patina. Namun berbeda dengan karat, patina yang terbentuk justru membentuk lapisan yang melindungi bagian bawah lapisan tersebut sehingga tidak menjadi rapuh. Proses patina yang terus-menerus berlangsung pada akhirnya dapat menjadikan seluruh permukaan logam berwarna kehijauan yang disebut dengan nama verdigris, yang sering ditemui pada patung-patung perunggu seperti patung Liberty. Patina yang dianggap sebagai pertanda logam yang dimakan usia justru melindungi logam tersebut dan memperunik penampilannya, sehingga produsen jam tangan pun tak mau kalah untuk bereksperimen dengan material perunggu.

Gerald Genta Gefica Bi-Retro Safari

Tercatat jam tangan perunggu pertama dirancang oleh Gerald Genta pada dekade 90-an dengan nama Gefica. Ditengarai bahwa tidak hanya karena efek patina, Genta juga mendapat ide untuk membuat jam tangan dengan case berbahan perunggu berdasarkan seseorang yang senang berburu hewan. Berbeda dengan stainless steel, permukaan perunggu lebih dof sehingga tidak banyak memantulkan cahaya kemudian menarik perhatian hewan buruan. Meski Gerald Genta merupakan pelopor jam tangan perunggu, namun Panerai-lah produsen yang mempopulerkan jam tangan perunggu menjadi segmen tersendiri dengan memunculkan PAM00382. Sebutan Bronzo pada jam tangan ini yang adalah bahasa Italia untuk perunggu sekaligus menjadi slang yang sering dipakai untuk menyebut keseluruhan segmentasi jam tangan perunggu.

Setelah Panerai, produsen-produsen jam tangan mewah lainnya mulai ikut merilis jam tangan perunggu seperti IWC, Tudor, hingga Oris. Tidak jarang jam tangan perunggu dikeluarkan sebagai edisi spesial untuk memperingati tokoh tertentu, seperti IWC yang mengeluarkan jam tangan perunggu untuk memperingati perjalanan Charles Darwin ke kepulauan Galapagos, Oris yang mengeluarkan edisi spesial Diver Sixty-Five sebagai penghormatan kepada Carl Brashear yang merupakan penyelam Afrika-Amerika pertama, Spinnaker untuk memperingati Teseo Tesei sang penemu torpedo manusia dan lain-lain.

Karena sejarah perunggu dan dunia maritim yang kuat, jam tangan diver menjadi pilihan kebanyakan produsen yang memproduksi jam tangan bronzo. Meskipun begitu, merek-merek jam seperti Mont Blanc dan IWC juga mengeluarkan seri jam tangan perunggu yang bukan tergolong jam tangan diver, seperti pilot watch dan chronograph.

Sebagai suatu logam campuran, kadar komponen dalam perunggu dapat diatur sesuai hasil yang diinginkan. Untuk dapat digolongkan sebagai perunggu, kadar tembaga pada suatu alloy minimal 60 persen. Namun, mengingat kebanyakan konsumen jam tangan perunggu menginginkan jam tangan yang dapat membentuk patina seperti yang diharapkan, maka produsen pun bereksperimen dalam mencari alloy yang tepat. Secara umum produsen jam banyak menggunakan campuran perunggu dan aluminium dengan kadar antara 6-12 persen, tetapi ditambahkan juga logam-logam lain seperti mangan, arsenik, dan lain-lain untuk menghasilkan alloy dengan karakteristik yang diharapkan, seperti kemampuan terbentuknya patina, tingkat kekerasan, dan sebagainya. Sebagai contoh, Tudor Bronze Black Bay memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi dibandingkan Oris Diver Sixty-Five Carl Brashear sehingga proses pembentukan patina pada Tudor lebih lama dan sebaliknya, pada Oris patina lebih cepat muncul.

Spinnaker Vintage Tesei Bronze

Satu hal yang  tricky dalam pembuatan jam tangan berbahan perunggu adalah cara mencegah kontak antara perunggu dengan kulit. Hal ini disebabkan karena reaktivitas perunggu yang dapat memunculkan patina maka permukaan perunggu tersebut pun akan teroksidasi bila terkena keringat. Meski efek patina memang dicari secara estetik, namun bukan untuk terkena kulit terus-menerus karena kulit yang terpapar pun akan ikut berwarna kehijauan. Selain itu, mereka yang mempunyai alergi terhadap nikel akan bereaksi jika terpapar perunggu. Untuk mengatasi hal tersebut, para produsen jam tangan berbahan perunggu biasanya memposisikan case sedemikian rupa sehingga tidak langsung terkena kulit, misalnya dengan meninggikan jam atau melebarkan stainless steel pada caseback jam.

Memang patina yang selama ini dianggap paling cantik adalah patina yang didapat dari proses alamiah, namun untuk mereka yang ingin mencoba melihat patina lebih cepat pada jam tangan bronzo mereka, ada berbagai cara untuk mempercepat proses pembentukan patina. Yang biasa digunakan antara lain air garam, amonia, cuka, belerang, dan lain-lain. Namun bagaimana jika ternyata hasilnya tidak sesuai yang diharapkan? Untungnya, patina pada perunggu dapat dibersihkan sehingga tampilan bronzo dapat kembali seperti semula. Caranya pun sederhana, dapat dengan menggosokan pasta gigi yang telah didiamkan 5-10 menit atau menggunakan campuran baking soda dan sari lemon yang didiamkan pada case setengah jam kemudian digosok.

Patut diakui, perunggu bukanlah material yang lazim untuk jam tangan. Meski begitu, perunggu dengan segala karakternya mempesona mereka yang mencintai seluk-beluk horologi. Jika kita mencari di mesin pencari/search engine tentang bronzo, alhasil kita dapat menemukan jam tangan yang saking diminatinya harganya kini dapat mencapai tiga kali lipat dari harga asalnya. Para aficionado masih tergila-gila dengan bronzo dengan semua pudaran yang menjadi saksi waktu dan momen yang telah dilalui beserta kenangan yang tersimpan di ragam warnanya.

 

DJO/jamtangan.com

Baca Selengkapnya →