Itulah yang ada di pikiran saya bertahun-tahun lalu saat saya mendapat hadiah jam tangan dengan angka romawi. Biasanya kita mengenal angka romawi seperti I, II, III, IV, V, dan seterusnya, namun yang saya lihat adalah jam tangan dengan angka romawi berbentuk IIII pada angka empat. Setelah saya melihat jam-jam lain dengan angka romawi ternyata dugaan saya salah. Tindakan ini ternyata disengaja dan merupakan suatu praktik yang umum dilakukan. Bukan hanya umum, praktik ini sudah dilaksanakan beratus-ratus tahun yang lalu.
Ada berbagai teori mengenai alasan mengapa para produsen jam menggunakan III -yang kemudian disebut watchmaker’s four- dibandingkan IV. Alasan yang paling umum dan masih dipakai sampai sekarang adalah untuk menjaga keseimbangan tampilan antara sisi kiri dengan kanan. Angka IIII di sebelah kanan secara penampilan dapat mengimbangi angka VIII di sebelah kiri dibandingkan angka IV yang terlihat lebih tipis. Simetri ini juga terlihat pada pembagian angka di jam tangan, yaitu 4 diawali huruf I, 4 diawali huruf V, serta 4 sisanya yang menggunakan X. Angka IIII jam lebih mudah terbaca dalam berbagai sudut pandang karena posisi IV yang terbalik dapat rancu dengan VI yang tegak lurus. Selain itu, ada juga alasan efisiensi produksi. Menggunakan angka IIII lebih menghemat cetakan untuk membuat angka romawi dibandingkan menggunakan IV. Dengan III, total dibutuhkan 20 buah I, 4 buah V, dan 4 buah X. Pembuat jam dapat membuat cetakan berbentuk VIIIIIX yang kemudian dapat dipakai empat kali untuk satu tampilan dial. Menggunakan IV akan lebih tidak efisien dalam pencetakan angka.
Di samping alasan dari segi praktikalitas dan simetri tadi, ada berbagai spekulasi mengenai alasan penggunaan IIII. Ada yang mengatakan bahwa IIII digunakan pada jam matahari saat itu karena menggunakan IV pada jam dianggap menghina dewa Yupiter yang dalam bahasa Latin ditulis sebagai IVPPITER. Namun mengingat saat jam dinding menggantikan fungsi jam matahari, penganut agama Romawi kuno nyaris atau bahkan sudah tidak ada, namun IIII masih tetap dipakai, teori ini diragukan kebenarannya. Ada juga yang mengatakan hal tersebut diperintahkan oleh Raja Louis XIV dari Perancis, namun ternyata praktik penggunaan IIII sudah dilakukan jauh sebelumnya. Bahkan ditengarai alasan simetri belum tentu menjadi alasan utama dari awal penggunaan IIII. Di negara Inggris misalnya, jam di katedral Wells yang dibuat abad ke-14 memakai IIII serta berformat 24 angka dalam satu lingkaran sehingga tidak ada simetri yang perlu diperhatikan layaknya jam biasa, sedangkan Big Ben yang tersohor dan mengikuti format jam biasa yaitu 12 angka menggunakan IV. Di balik semua itu, kenyataannya baik IIII maupun IV sudah digunakan dalam teks-teks Romawi kuno, bahkan keduanya dapat muncul dalam satu dokumen yang bersamaan.
Belum ada jawaban yang benar-benar pasti mengenai awal pemakaian IIII pada dial jam, namun kenyataannya dengan IIII ada berbagai kemudahan yang didapatkan dari produksi hingga pemakaian jam. Meski begitu, serperti contoh Big Ben yang disebutkan sebelumnya, masih terdapat jam yang menggunakan IV sebagai angka empat. Bagaimanapun itu, penggunaan IIII adalah suatu fakta yang menarik dari sejarah jam di dunia.
DJO/jamtangan.com